ITU bermula saat
seseorang memberiku sebuah “surat”. Surat ? Yah walaupun sepertinya itu bukan
sepenuhnya tulisan tangannya tapi itu mungkin adalah hasil karyanya. Benar atau
tidak itu adalah hasil karya dirinya. Entahlah aku juga tidak pernah menceknya.
Aku masih ingat saat itu.. saat temanku memberiku sepucuk surat yang
dituliskandalam kertas berwarna-warni. Yang aku masih ingat adalah kertas itu
nyentrik dengan warna pink dalam ingatanku. Posisiku tepat berdiri di atas
jembatan sebelum lorong ke rumahku. Hal anenh memang terjadi pada temanku itu,
Entah kenapa pada hari kami pulang bersama tingkahnya aneh saat itu. Ternyata
ia hendak memberiku sesuatu
Saat itu aku pun
dilarang untuk membukanya. Katanya”saat kau sampai rumah, baru bacalah”. Tanpa
berfikir panjang aku menuruti. Sampai rumah aku pun tidak langsung membaca. Aku
sepertinya menyimmpan disuatu tempat. Ingatanku masih tajam soal itu. Aku masih
ingat aku tidak lansgung membcacanya saat aku berada di rumah. Sepertinya aku
melakukan hal lain. Tapi masih pada hari itu aku membacanya di depan tv, tempat
nongkronganku di rumah setiap saat. Aku pun membacanya berulang-ulang waktu
itu.
Tapi kau tahu, aku
tidak bisa merangkai kata-katanya sampai saat ini. Aku hanya mengingat beberapa
kata. itu “bunga, taman, indah,dingin, beku”. Dari kata-kata itu yang
berputar-putar dan hanya itu. Sepertinya orang yang membuat surat ini suka
padaku. Fikirku saat itu. Tapi terlalu disayangkan aku sepertinya masih cuek
untuk menanggapi rasa saat itu.
Tapi yang pasti. Orang
yang membuat surat itu membuatku senang saat aku mengingatnya. Setiap saat
sejak waktu itu. Aku pun tidak ingin menemuinya, walaupun ada sekitar 35 persen
rasa penasaranku untuk melihat wajahnya. Tapi aku tahu persis perasaanku saat
itu. Aku tidak mungkin untuk menemuinya. Sejak saat itu pula, dia seperti
penyejuk rasa. Setiap malam sebelum tidur dia pasti menjadi lamunanku. Dan
hatiku berkata “Jika memang takdir, aku akan bisa bertatap muka dengannya.
Kapan dan dimana ? Allah yang mengaturnya”. Dengan penutup lamunan seperti “
Hatiku terasa tenang” dan aku terlelap.
Hingga akhirnya aku
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dari sebelumnya. Aku pun
sudah tidak mendapatkan kabar apa-apa darinya sejak saat itu. Walalupun aku
tahu ada hari hatiku saat ingin bertanya pada temanku itu, bagaimana kabarnya
dia? apa yang terjadi padanya waktu itu. Tapi degan sifat cuekku itu.. aku
terlihat acuh padahal aku peduli. peduli, yah sangat peduli mungkin.
Di awal semester, yah
pada saat itu orang lain datang padaku dan menyatakan sesuatu yang membuatku
memilihnya. Dan aku masih ingat itu. Keesokan harinya aku diberitahukan oleh
temanku itu bahwa sebenarnya si dia ingin mengutarakan sesuatu itu padaku. Dan
dia tahu bahwa aku dengan orang lain itu. Kau tahu bagaimana rasaku saat itu ?
Ingin segera aku gunting pita dengan orang lain itu. Pita yang kurajut pun
akibat dari jebakan bisa aku bilang. Aku terjebak saat itu. Hatiku memilihnya
tapi aku terjebak oleh orang lain.
Si dia juga telah
mengetahuinya. Apa dayaku sekarang, Aku hanya bisa memikirkannya. Tanpa berbuat
apa aku tidak bisa membalikkan keadaan. Dan semuanya berlalu saat itu. walaupun
aku tidak mendapatkan kabarnya setelah itu. Tapi entah kenapa dia tetap ada
pada ingatanku.
Aku selesai pada
tingkat pendidikan itu. Kini keisinganku membuat sebuah situs. Aku bertemu
dengannya. Ini percakapan kami setelah beberapa lama. Aku merasa sangat bahagia
waktu itu. Aku bahkan mengingatnya. Begitu spesialkah iya? Hingga hal
sebegitupun aku masih ingat. Saat itu dia berada di suatu tempat sebelum ia
berada di tempatnya sekarang,
Mulai dari percakapan
itu, membuatku selalu menantikannnya di situs itu. Aku pun sering membuat
penutup pada buku-buku percakpan kami. Hingga akhirnya aku membuka buku itu.
Semuanya biasa saja fikirku. Tidak seperti orang lain itu masuk. Tapi mungkin
karena tempat dan situasinya yang berbeda, sehingga aku merasakan lain saat
itu. Dengan tahannya diriku, aku melaluinya. Hingga saat ingin menutup satu
judul buku aku memutuskan untuk menutupnya lebih cepat meninggalkan sebuah
kertas.
Hingga akhirnya kami
menemukan sebuah benang lagi. dan kami menyulam kembali pada kain dan membuat
sebuah gambar yang nyatanya tidak seperti sebelumnya. Hal ini sekarang beda.
Hanya sebuah taman tanpa pelangi. Hingga suatu saat awan hitam menghampiri dan meredupkan
lampu-lampu pada taman itu. Dia yang menimbulkannya.
Aku memang pernah
memikirkan untuk membuat aliran listrik itu diredupkan olehku. Tapi sepertinya
aku tidak bisa membuat taman itu kelihatan tidak istimewa lagi. Akhirnya aku
menunggu waktu kapan pun itu. Kapan pun dan yang tidak terkiranya dia
melakukannya lebih cepat dari yang aku perkirakan.
Kamu, yah kamu.. kata
selamat datang masih sempat kau tanyakan padahal lima menit yang lalu kau
memutuskan untuk mengatakan selamat tinggal. Menurutmu bisakah aku menjawabnya
saat itu? Aku hanya terpaku dengan kata pertama. Aku akan mencoba dan aku
berhasil
0 komentar:
Posting Komentar