PENGADERAN BERKARAKTER UNTUK
MENCIPTAKAN MAHASISWA CERDAS
AKADEMIS DAN ORGANISATORIS
OLEH
:
RIRIN
PUSPITASARI
B11112020
FAKULTAS
HUKUM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
2012
PENGADERAN BERKARAKTER UNTUK
MENCIPTAKAN MAHASISWA CERDAS AKADEMIS
DAN ORGANISATORIS
RIRIN PUSPITASARI - B11112020
Pengaderan merupakan bagian dari pendidikan.
Suatu proses pendidikan untuk membentuk dan membina karakter pribadi seseorang
agar sesuai dengan wadah atau kelompok yang menjalankan proses pengkaderan.
Tujuan yang ingin dicapai dari dilaksanakannya pengaderan secara tidak
langsung dapat mewujudkan satu dari empat tujuan nasional yang termaktub dalam
Pembukaan UUD 1945, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan sekedar
mencerdaskan otak, melainkan juga mencerdaskan hati. Bukan hanya untuk
menajamkan logika dalam berfikir melainkan juga mengasah nurani. Seperti itulah
hakikat pengaderan seharusnya, mencerdaskan manusia seutuhnya.
Hingga saat ini pengaderan tetap bertahan
dengan segala kelebihan dan kekurangannya di tengah sistem pendidikan yang kian
maju. Dan selama ini pengaderan masih menjadi “primadona” di dalam dunia
pendidikan. Berita tentang penghapusan pengaderan sering menjadi berita yang
sangat menggembirakan walaupun itu hanya isapan jempol belaka.
Sistem pengaderan saat ini sudah
diidentikkan dengan kekerasan. Suatu prosedur yang sudah lari dari kenyataan. Program
yang telah tersusun rapi menjadi kacau, akibat dari aksi kekerasan yang
menghiasi pelaksanaan program. Namun, keseluruhan aksi ini biasanya disinyalir
dari oknum yang tidak bertanggung jawab atau oknum yang masih mengedapankan
budaya lama yang ingin tetap ditanamkan
kepada generasi pelanjut. Padahal kenyataan yang telah ada, budaya tersebut
sudah tidak sesuai dengan budaya modern yang telah berkembang pesat.
Dari segi yang berbeda aksi kekerasan yang
dilakukan biasanya didasarkan untuk melatih mental kader. Alasan yang paling
sering terucap serta memberikan hasil yang paling buruk. Nilai – nilai yang
didapatkan bukan mental yang kuat, melainkan menanamkan rasa dendam, dan amarah
yang terpendam. Hal inilah yang biasa membuat kader anarkis, karena merasa
tidak dihargai dan dihormati..
Bentuk ideal dari pengkaderan adalah
terciptanya iklim akademik yang kondusif bagi kader dan skill keorganisasian
yang berkarakter. Fokus yang dibangun dalam akademik adalah materi pengembangan
yang berbasiskan kesadaran. Karena awal yang sangat perlu ditanamkan bagi
kader adalah kesadaran tentang siapa
dirinya dan rencana apa yang akan dilakukan kedepannya, agar terangsang jiwa
belajarnya. Materi tentang pengenalan organisasi pun tidak kalah penting,
supaya kader baru tidak hanya fasih dalam bangku kuliah, tetapi juga
cerdas-organisatoris.
Karakter yang semakin menghilang sebagai
dampak dari era globalisasi, hendaknya dapat dibangun dan ditanamkan dalam jiwa
– jiwa kader baru. Seperti karakter kerakyatan dan karakter kebangsaan. Dua
karakter yang selama ini tercampakkan dan terlupakan. Karakter kerakyatan yang
akan menjadikan pribadi memiliki kepekaan, kepedulian dan tanggung jawab untuk
mencegah semakin meluasnya gaya hidup
individualis yang tengah menjangkit generasi muda. Selanjutnya karakter
kebangsaaan yang dibutuhkan agar kader nantinya mampu berpartisipasi aktif
dalam tata kehidupan. Dengan karakter tersebut, kader-kader baru akan menjadi
generasi penerus yang handal.
Pengkaderan yang transparan adalah salah satu
faktor yang sangat berpengaruh. Dengan adanya sistem yang transparan, tidak
ditutup – tutupi maka tidak akan menimbulkan berbagai banyak penafsiran yang
bisa berdampak negatif. Pihak dari siswa yang dikader pun sudah tidak merasa
gelisah akan konsekuensi yang akan diterima seteleah pelaksanaan pengkaderan. Di samping itu, keteladanan dari senior pun
sangat diperlukan. Senior yang baik adalah senior yang bisa membimbing kader
barunya menjadi baik. Bagaikan seorang guru yang yang ikhlas berbakti dan akan
senang jika muridnya berhasil di kemudian hari. Senior juga harus bisa
memposisikan dirinya, bahwa “berbeda kepala, maka berbeda pula cirri, watak
serta karakternya”. Mampu melihat potensi yang dimiliki setiap kadernya,
sehingga setiap kader bisa merasakan bahwa mereka bisa terlibat dalam
organisasi dan menuntut ilmu.
Sebagai Mahasiswa juga sebagai pelaku kader
baru melihat masalah pengkaderan yang diidentik dengan kekerasan, kita tidak
bisa tinggal diam. Dan pergerakan dari kita sebagai mahasiswa pengubah (agent of change) pun tidak dapat
dijalankan sendiri. Komunikasi dan kerjasama dengan sesama pelaku kader dan senior
harus dapat ditingkatkan. Jangan biarkan, komunikasi yang tidak efektif mengakibatkan
timbulnya kesalahpahaman yang bisa mengakibatkan kesalahan fatal dalam
pengkaderan.
Besar harapan bagi seluruh civitas akademika
terutama bagi pelaksana pengkaderan agar bisa memanusiakan manusia sehingga
tercipta mahasiswa yang berkarakter, tidak mencetak manusia seperti
pendahulunya. Dapat menciptakan generasi yang bisa mengkondisikan dan
berinteraksi dengan baik dalam suatu wadah, dan kepada kader baru agar bisa
bersosialisasi dengan aktif dalam pengkaderan dan menjadikan pengkaderan
sebagai batu pijakan untuk berinteraksi lebih baik agar menjadi kader baru yang
cerdas akademik dan organisatoris.
BIODATA PENULIS
Nama : Ririn Puspitasari
Tempat, tanggal lahir : Lajoa, 25 Oktober 1994
Fakultas : Hukum
Alamat Rumah : Perumahan Green Hills
Blok B/70, Maros
E-mail : rhen977@gmail.com
Telepon : 087841121977
Riwayat Pendidikan : SMAN 1 LILIRIAJA
SMP
MUHAMMADIYAH LAJOA
SDN
86 LAJOA
TK
AISYAH LAJOA
Prestasi : Juara II Bidang IPA PIKIR 2011 Se-Sulsel dan
Sulbar (LKIM-PENA)
0 komentar:
Posting Komentar