PEMBANGUNAN
BENUA MARITIM
(PBMI)
OLEH:
RIRIN
PUSPITASARI (B111 12 020)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
NOVEMBER 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pembangunan
benua Maritim merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dimana ingin
memwujudkan Cita – cita nasional. Wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia
yang jika dilihat dari berbagai segi, yang didalamnya terdapat massa air yg
lebih dari tiga perempat luas wilayahnya cocok untuk disebut benua maritim
Indnesia.
Dalam
menggali potensi maritim untuk membulatkan akselarasi pembangunan nasional
mendapatkan prioritas secara proporsional sehingga berbagai kendala tak pernah
dapat diatasi secara tuntas.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
Pembangunan maritim Indonesia ?
2. Bagaimana
keadaan dan masalah maritim Indonesia ?
3. Bagaimanakah
pembangunan maritim Indonesia jangka panjang ?
C. Tujuan
Penulisan
Dapat
memahami dan mengetahui bagaimana pembangunan maritim di Indonesia, keadaan dan
masalahnya, serta pembangunan maritim indonesia jangka panjangnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembangunan Maritim
Pada dasarnya wilayah negara kesatuan
Republik Indonesia jika ditinjau dari berbagai segi, baik dari segi geografi
sampai dengan social budaya serta ekonomi, maka layak diebut sebuah benua. Dan
karena di dalamnya terdapat massa air yang mencapai lebih dari tiga perempat
luas wilayah RI, maka sebutan yang cocok untuk Indonesia adalah benua maritime
Inonesia, atau disingkat BMI.
Pembangunan Benua Maritim Indonesia pada
hakekattnya adalah Pembangunan Nasional yang lebih menekankan pemanfaatan unsur
maritime dan dirgantara. Pengertian ini lahir Tahun 1966 setelah dicanangkan
sebagai Tahun Bahari dan Dirgantara oleh Presiden Republik Indonesia.
Pembangunan Maritim Indonesia pada dasarnya adalah bagian Integral dari
pembangunan Nasional dalam pendayagunaan dan pemanfaatan lautan Indonesia untuk
mencapai cita – cita nasional.
Pembangunan Benua Maritim Indonesia
memandang daratan, lautan dan dirgantara, serta segala sumberdaya di dalamnya
dalam suatu konsep pengembangan sehingga hal ini merupakan salah satu wujud aktualisasi
Wawasan Nusantara yang telah menjadi cara pandang bangsa Indonesia dalam
melaksanakan pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang –
undang Dasar 1945
Pemikiran pembangunan Maritim Indonesia dilandasi
oleh kenyataan bahwa:
1) Lautan
merupakan bagian terbesar wilayah RI dan merupakan factor utama yang harus
dikelola dengan baik guna mewujudkan
cita – cita nasional
2) Pengelolaan
aktivitas pembangunan laut harus bersifat integral
Dalam menyusun rencana dalam
melaksanakan pembangunan maritime kita menghadapai empat kendala utama, berikut
:
1) Mental
attitude dan semangat cinta bahari masih lemah
2) Techno
structure dan struktur nasional ekonomi maritime belum siap
3) Peraturan
dan perundangan belum mendukung
4) Kelembagaan
yang juga belum mendukung
B. Keadaan dan Masalah Maritim
Indonesia
Pembangunan
Maritim Indonesia harus dapat menggali potensi maritime untuk membulatkan
akselarasi Pembangunan Nasional yang diselenggarakan. Kenyataanya selaama ini
potensi maritime belum mendapatkan prioritas penangan secara proporsional
sehingga berbagai kendala tak pernah dapat diatasi secara tuntas, terutama yang
menyangkut upaya memelihara langkah dan keterpaduan pembangunan
Pembanguunan
maritime memerlukan system pengelolaan terpadu, yaitu sistem Pengelolaan terpadu
wilayah Pesisir dan Lautan. Dalam pengelolaan ini berbagai maslaah akan muncul,
berbagai konflik akan terjadi yang disebabkan oleh adanya degradasi mutu dan
fungsi lingkungan hidup yang antara lain disebabkan karena musnahnya hutan
bakau, rusaknya terumbu karang, abrsi pantai, intrusi air laut, pencemaran
lingkungan pesisir dan laut serta perubahan iklim global. Berbagai masalah
tersebut berakar dari :
1) Masing
– masing pelaku pembangunan dalam menyusun perencanaanya sangat terikat pada sektornya
sendiri tanpa adanya sistem koordinasi baku lintas sektor
2) Belum
adanya lembaga yang berwenang penuh baik di pusat maupun di daerah yang
memepunyai wewenang penentu dalam pembangunan maritim secara utuh
3) Belum
lengkapnya peraturan perundang – undangan yang mengatur kewenangan pengelolaan
sumberdaya maritim
4) Belum
lengkapnya tata ruang yang mencakup wilayah pesisir laut dan laut nasional yang
dapat dijadikan sebagai induk perencanaan bagi daerah
Untuk
dapat menjamin efektifitas pembangunan maritime berbagai masalah tersebut harus
dapat diatasi secara tuntas, paling tidak yang terkait dengan ;
1) Penataan
perundang – undangan dalam pengelolaan pembangunan maritim yang bersifat lintas
sektoral
2) Pembentukan
wadah untuk penyusunan dan penerapan mekanisme perencanaan dan pengawasan
terpadu, pengelolaan yang dikoordinasikan serta pengendalian yang sinkron
3) Penciptaan
dan peningkatan sumberdaya maritim yang handal dan professional
4) Penataan
perundang – undangan disertai upaya penegakan peraturan hukum yang konsisten
5) Penetapan
tata ruang maritim diserta pola pengelolaan, pemanfatan dan pendaya gunaanya
6) Sistem
pengumpulan dan pengolahan informasi maritime yang dapat diakses secara luas
7) Memperbesar
kemampuan pengadaan sumber dana yang dapat diserap dalam upaya pembangunan
maritime dengan kemudahnnya
8) Pembentukan
wadah untuk menyuburkan upaya penelitian dan pengembangan maritime untuk dapat
mempermudah penerapan ilmu dan teknologi kelautan, utamanya bagi nelayan
tradisional
Berbagai
kendala umum yang muncul dalam rangka pemanfaatan laut wilayah nusantara untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat, terkait dengan fungsi dan kedudukan laut
berikut :
1) Lautan
sebagai sumber pemenuhan kebutuhan dasar manusia, pemanfaatn laut terutama
sebagai sumber pangan belum optimal. Pemanfaatan perikanan baru sekitar 35%
dari potensi yang ada. Masalah yang dihadapi adalah kualitas tenaga kerja dalam
eksploitasi dan budidaya laut masih kurang. Jumlah dan tingkat tekhnologi
saraana penangkapan dan pengolahan masih perlu ditingkatkan
2) Lautan
dan dasar laut sebagai sumber bahan dasar sumber energy. Berbagai mineral dan
baahan baku industry letaknya pada laut yang kedalamannya lebih dari 200 m.
Masalah yang dihadapai dalam memanfaatkan laut sebagai sumber bahan baku dan
sumber energy adalah kurangnya tenaga ahli dan terampil yang mampu
mengeksplorasi dan mengeksploitai sumber – sumber tersebut di laut dalam,
disamping permaslahan permodalannya.
3) Lautan
sebagai medan kegiatan industri. Pemanfataan laut sebagai medan kegiatan
industri belum efektif dan efisien. Masalahnya anatara lain adalah belum
meratanya kegiatan industri
4) Laut
sebagai tempat bermukim dan bermain. Pemanfaatan laut sebagai tempat bermukim
bagi sebagian suku laut seperti suku badjo, suku anak-laut, belumlah diatur dan
dikelola dengan baik, Demikian halnya laut sebagai tempat bermain/olah raga
sperti selancar, diving, ddsb.
5) Laut
sebagai badan Hankanmas. Bidang Hankanmas sangat dominan pada laut sebagai
media penting dalam kegiatan Hankanmas. Permasalahan yang dihadapi adalah
terbatasnya sarana untuk pertahanan yang dihadapi adalah terbatasnya sarana
untuk pertahanan dan keamana di laut.
6) Laut
sebagai Zona Ekonomi Eksklusif di Indonesia. Dengan diberlakukannya Konvesi PBB
tentang Hukum laut Tahun 1982 (UNCLOS 82) maka Indonesia salah satu negara yang
diuntungkan, Masalahnya adalah semua potensi sumberdaya yang terdapat di ZEEI
yang hak pengelolaanya diberikan kepad Indonesia belum bisa diketahui dengan
pasti, apalgi dimanfaatkan sebagai sumber pembangunan
Saat
ini dapat didefiniskan bahwa sedikitnya terdapat 12 unsur pembangunan maritime
yang terdiri dari ; perikanan, perhubungan laut, industri maritime, pertambangan
dan energy, pariwisata bahari, tenaga kerja kelautan, pendidikan kelautan,
masyarakat bahari dan desa pantai, hukum tata kelautan, penerangan bahari,
survei-pemetaan dan iptek kelautan, dan sumber daya alam dan lingkungan hidup
laut dan pantai. Namun didasarkan pada asas maksimal, lestari, daya saing,
prioritas, bertahap, berlanjut dan konsisten, maka terdapat lima elemen utama
yang keadaan dan masalah masing – masing adalah sebagai berikut ;
1) Perikanan.
Diperkirakan potensi perikanan laut Indonesia mencapai 6,7 juta ton/th namun
baru bisa dimanfaatkan 2,3 juta ton/tahun (~45%) dan di berberapa tempat
terjadi overfishing. Sementara ini belum ada manajemen sumber daya yang jelas
dan pembangunan perikanan belum didasarkan pada system agribisnis.
2) Perhubungan
laut. Saat ini tenaga kerja yang terserap dalam perhubungan laut sekitar 2,5
juta (~2% dari jumlah penduduk Indonesia) yang tersebar dalam aspek angkutan
laut, kepelabuhan dan keselamatan pelayaran, keadaan terakhir menunjukkan adanya peningkatan hasil
pembangunan yang dapat diangkut melalui laut, Smeentara itu asa cabotage tidak bisa
berjalan dengan baik karena berbagai alasan. Karena berbagai sebab daya saing
pelayaran nasional sangat rendah dan peranannya semakin tahun terus menerus.
Kemampuan manajemen pelabuhan juga sangat terbatas sehingga menimbulkan biaya
tambahan.
3) Industri
maritim. Industri maritim bersifat padat modal, bertekhnologi tinggi dan padat
karya, namun di pihak lain jangka waktu kembali modalnya lama. Kondisi global
tidak memungkinkan industri maritime berkembang, dan dalam batas – batas
tertentu kita belum menguasai teknologi untuk meningkatkan daya saing. Pembeli
dalam negeri masih langka mengingat tingkat suku bunga yang itnggi dan belum
adanya rangsangan berupa insentif khusus. Dukungan industri penunjang sangat
penting namun masih lemah
4) Pertambangan
dan energy, sumber potensial belum banyak diketahui, sedang untuk mengetahuinya
diperlukan modal besar, tekhnologi tinggi dan resiko yang besar dan hingga kini
kita masih sangat bergantung dari luar negeri. Cadangan yang ada pada tahun
2005 tidak akan mencukupi kebutuhan dalam negeri, kecuali ditemukan cadangan
cadangan baru. Berbabagi sumber energy dari laut seperti OTEC, Ombak, pasut dan
angin berpotensi untuk dikembangkan. Beberapa mineral seperti bijih besi, emas,
perak, timah, nikel, tembaga clan zink
telah diketahui keberadaanya di pasar perairan RI. Tenaga ahli, iptek dan
permodalan masih kurang. Kekayaan tambang adan energy juga memiliki oleh negara
lain yang mungkin akan menjadi pesaing kita.
5) Pariwisata
bahari. Secara umum kepariwisataan RI maju pesat, namun khusus pariwisata
bahari masih sangat tertinggal. Sesuangguhnya potensi pariwisata bahari yang
belum tergali sangat tinggi. Kendala umum dalam pengembangan pariwisata bahari
adalah ketidak jelasan peraturan dan perundangan yang menimbulkan hambatan
biokratis dan sementara ini SDM dan modal masih dangat terbatas.
C. Pembangunan Maritim Indonesia
Jangka Panjang
Tujuan
pembangunan Maritim Indonesia pada hakekeatnya adalah bagian integral dari
tujuan pembangunan nasional dengan lebiih memanfaatkan unsur maritime.
Sedangkan sasaran pembngunan Maritim Indonesia adalah terciptanya kualitas
manusia dan masyarakat Indonesia yang mandiri serta mamapu mentransformasikan
potensi maritim menjadi kekuatan maritim nasional melalui serangkaian
pembangunan nasional yang dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan Undang –
Undang Dasar 1945
Dalam
PJP II Pembangunan Maritim Indoneisa dilakukan secara bertahap, dengan waktu
yang masih tersisa 4 pelita (20 tahun) pertahapannya dilakukan sebagai berikut
:
1) Pelita
VII penekanan dilakukan pada perikanan dan pariwisata bahari dengan tanpa
mengesampingkan pengembangan sumberdaya manusia dan iptek maritim yang sesuai,
2) Pelita
VIII penekanan diletakkan pada perikanan, perhubungan laut dan pariwisata
bahari sering dengan pengembangan Iptek dan SDM yang diperlukan.
3) Pelita
IX penekanannya diletakkan pada perhubungan laut, pariwisata bahari seiring
dengan peningkatan iptek dan SDM
4) Pelita
X penekanan diletakkan pada pertambangan dan energy seiring dengan pengembangan
SDM dan iptek yang diperlukan
Khusus
dalam pelita VII, kelima elemen pembangunan Maritim Indonesia diarahkan pada :
1) Perikanan.
Pembangunan perikanan diupayakan dalam pemanfaatn Sumberdaya Ikan, baik perikanan tangkap maupun budidaya
yang lebih optimal dengan sasaran untuk meningkatkan gizi masyarakat dan
peningkatan kualitas hidup nelayan kecil dan petani ikan tradisional.
Pemeliharaan dan perbaikan kualitas lingkungan yang menjadi tempat hidup ikan
terus dilakukan agar dicapai kelestarian dan peningkatan produksi ikan dan
budidaya laut. Kualitas SDM dan iptek terus ditingkatkan agar memiliki daya
saing yang tinggi dalam era globalisasi
2) Saran
dan prasarana perikanan yang antara lain terdiri dari pelabuhan pendaratan
ikan, tempat pelelangan ikan terus ditingkatkan. Pembangunan perikanan harus
dapat mengupayakan terjalinannya kemitraan besar-kecil-koperasi. Kelembagaan
dan perundangan perlu ditata dan diatur ulang. Perlu dikembangkan Pusat data
dan infromasi Kelautan Nasional yang dapat memberikan data dan informasi secara
terus menerus kepada para penggunan baik nelayan kecil maupun perusahan besar.
3) Perhubungan
laut, Dibidang angkutan laut diperlukan minimal 900 buah kapal 3500 DWT untuk
pelayaran domestic, sedang untuk pelayaran luar negeri diperlukan 36 unit kapal
masing-masing 48.000 DWT. Dibidang kepelabuhan diupayakan pembangunan dan
peningkatan pelabuhan peti kemas, dermaga pelayaran rakyat dan pelayaran
perintis seiring dengan perkembangan muatan. Dibidang keselamatan pelayaran
dilakukan pembangunan fasilitas bantu pelayaran, vessel traffic, kapal
navigasi, stasiun radio pantai, kesyahbandaran, pengerukan alur, SAR dan
sebagainya. Sistem baku navigasi dan komunikasi maritime ditingkatkan dan
dikembangkan untuk meningkatkan keselamatan pelayaran.
4) Industri
maritim. Kemampuan beli perusahaan pelayaran nasional terhadap produksi
industri maritime dalam negeri terus ditingkatkan anatara lain dengan pemberian
insentif atau tax holiday. Sementara itu, lembaga koordinasi yang mampu
menyelesaikan problematic antar instansi terkait terus dikembangkan
5) Pertambangan
dan Energi. Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi mineral, minyak dan gas kepas
pantai terus ditingkatkan hingga diperolehnya cadangan – cadangan baru migas
dan bahan tambang serta energy alternative dari laut. Kandungan local dalam
kegiatan pertambangan baik yang berupa modal, SDM, iptek, sarana litbang dan
piranti lunak terus ditingkatakan. Koordinasi antar instansi terkait terus
dikembangkan
6) Pariwisata
bahari. Pariwisata bahari harus ditempatkan sebagai salah satu unggulan
pariwisata nasional. Saran dan prasarana yang terkait terus dibangun. Prioritas
tinggi dan pemberian insentif diberikan kepada pariwisata bahari di kawasan
timur BMI. Pemberian muatan bahari dalam program pendidikan dan pelatihan
pariwisata terus diupayakan, dan perarian swasta dalam pariwisata bahari terus
diitngkatkan
7) Sejalan
dengan sasaran pembangunan maritime maka dapat diproyeksikan kebutuhan akan SDM
dan iptek yang sesuai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembangunan
Maritim Indonesia dalam rangka Pembanguna Benua Maritim Indonesia pada
hakekatnya adalah pembangunan nasional yang lebih memberikan penekanan pada
pembangunan nasional yang lebih memebrikan penekanan pada aspek maritim.
Konsepsi pembangunan maritim Indonesia ini merupakan jawaban positif
dicanangkannya tahun 1996 sebagai Tahun Bahari dan Dirgantara oleh Bapak
presiden Republik Indonesia
Hakekat
lain dari konsepsi Pembangunan Benua Maritim bahwa Indonesia adalah sebagai
salah satu wujud aktualisasi Wawasan Nusantara sebagai salah satu wujud
aktualisasi wawasan Nusantara yang telah lahir dan berkembang di masyarakat
sebagai cara pandang bangsa dalam melaksanakan pembangunan nasional.
B. Saran
Sebaiknya
pengelolaan peraturan perundang – undangan dalam pembangunan maritim diserta
dengan upaya penegakan hukum dan penetapan tata ruang maritim disertai pola
pengelolaan, pemanfaatan dan pendaya gunanya
DAFTAR PUSTAKA
Tim pengajar WSBM.
2010. Wawasan Sosial Budaya Maritim
(WSBM).Makassar
Suryohadiprojo.sayidiman. 2002. Benua Maritim Indonesia Dan Aktualisasi Wawasan Nusantara. http://sayidiman.suryohadiprojo.com/?p=1145 diakses tgl 1 November 2012
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul.............................................................................................. i
Kata Pengantar.............................................................................................. ii
Daftar Isi....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 1
C. Tujuan
Penulisan.......................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................... 2
A.
Pembangunan Maritim................................................................ 2
B.
Keadaan dan Masalah
Maritim.................................................... 3
C.
Pembangunan Maritim
Indonesia Jangka Panjang....................... 7
BAB V PENUTUP........................................................................................ 10
A.
Kesimpulan................................................................................. 10
B.
Saran .......................................................................................... 10
apa maksudnya "sifat integral" dari kata " Pengelolaan aktivitas pembangunan laut harus bersifat integral"
BalasHapus